Ngak Mau Full Day School..? Mondok ke Pesantren saja!
Bpk.
Muhajir Effendy selaku Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI sempat mewacakan untuk adanya perubahan aturan jam sekolah dengan
mengusulkan Full Day School. Yakni sebuah aturan dimana siswa-siswi pelajar
diharuskan mengikuti kegiatan sekolah dimulai dari pagi hingga sore hari.
Banyak respon yang diberikan oleh masyarakat tentang usulan yang diajukan oleh Bapak Menteri yang baru saja dilantik menggantikan Anies Baswedan itu. Sebagian ada yang mendukung, dan sebagian lagi ada yang mengecam. Namun dibalik pro dan kontra yang muncul tahukah anda? Bahwa sistem pendidikan seharian penuh sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu?
Adalah pondok pesantren yang merupakan sistem kultural pendidikan asli Indonesia. Sebelum adanya pendidikan formal yang dibuat oleh pemerintah Indonesia saat ini, pesantren sudah terlebih dahulu mendampingi masyarakat Indonesia dalam hal pendidikan dan pembentukan karakter bangsa. Dimana program-program pesantren telah banyak memberi sumbangsih dan telah melalui banyak perkembangan sesuai dengan berbagai tuntutan dan tantangan yang dihadapi bangsa. Meski tidak banyak yang diakoomodir pemerintah dan tidak pernah disamakan kurikulumnya secara terstruktur, namun pesantren di Indonesia tanpa diduga dengan sendirinya memiliki kesamaan karakter, kultur, serta sistem yang hampir sama. Hal ini karena keajaiban tradisi transfer intelektual yang memegang sanad serta mengedepankan adab dan akhlak yang dicontohkan guru dari masa ke masa. Sehingga apa yang diajarkan oleh guru senantiasa dipegang erat oleh alumni-alumninya yang kemudian berdiaspora ke berbagai penjuru Indonesia dengan turut menyebarkan dakwah islam melalui pendidikan.
Banyak respon yang diberikan oleh masyarakat tentang usulan yang diajukan oleh Bapak Menteri yang baru saja dilantik menggantikan Anies Baswedan itu. Sebagian ada yang mendukung, dan sebagian lagi ada yang mengecam. Namun dibalik pro dan kontra yang muncul tahukah anda? Bahwa sistem pendidikan seharian penuh sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu?
Adalah pondok pesantren yang merupakan sistem kultural pendidikan asli Indonesia. Sebelum adanya pendidikan formal yang dibuat oleh pemerintah Indonesia saat ini, pesantren sudah terlebih dahulu mendampingi masyarakat Indonesia dalam hal pendidikan dan pembentukan karakter bangsa. Dimana program-program pesantren telah banyak memberi sumbangsih dan telah melalui banyak perkembangan sesuai dengan berbagai tuntutan dan tantangan yang dihadapi bangsa. Meski tidak banyak yang diakoomodir pemerintah dan tidak pernah disamakan kurikulumnya secara terstruktur, namun pesantren di Indonesia tanpa diduga dengan sendirinya memiliki kesamaan karakter, kultur, serta sistem yang hampir sama. Hal ini karena keajaiban tradisi transfer intelektual yang memegang sanad serta mengedepankan adab dan akhlak yang dicontohkan guru dari masa ke masa. Sehingga apa yang diajarkan oleh guru senantiasa dipegang erat oleh alumni-alumninya yang kemudian berdiaspora ke berbagai penjuru Indonesia dengan turut menyebarkan dakwah islam melalui pendidikan.
1. Mondok di Pesantren Tidak Terbatas Hingga Sore Hari, Tetapi 24 Jam
Diantara yang dijalankan di pesantren adalah pendidikan
seharian penuh. Dimana setiap hari dan setiap aktivitas yang dilakukan oleh
para santri merupakan bagian dari pendidikan. Bedanya, jika Full Day School
yang diajukan oleh Bapak Menteri bermula dari pagi hingga sore hari, maka di
pesantren semua berlangsung selama 24 jam penuh.
Santri akan menjalani aktifitas mulai dari subuh hari dengan melaksanaka shalat subuh, bahkan berjamaah. Tidak sedikit yang langsung melaksanakan kegiatan pengajian. Selepas itu, semua santri menjalankan aktifitas pagi.
Bagi santri yang masih sekolah, maka selanjutnya santri akan bersekolah. Sedangkan santri yang khusus mondok saja, maka aktifitas selanjutnya menjalani berbagai aktifitas harian pondok, termasuk mengaji dan aktivitas lainnya. Semua program yang dijalani santri akan berakhir hingga malam menjelang tidur. Yang bahkan tidurnya santri pun merupakan bagian dari lingkup pendidikan pesantren.
Tapi jangan berpikir bahwa semua aktivitas di dalamnya adalah kaku dan penuh kekakangan. Semua bayangan tersebut adalah salah karena semua santri menjalankan semua aktifitas dengan menjadi jati dirinya. Semua santri mengikuti pengajian dengan kesadaran masing-masing akan pentingnya mengaji dan berilmu. Selain itu mereka juga akan mengerti pentingnya tatakrama. Teman, guru, dan semua yang ada di pesantren bukan lagi sekedar sesuatu yang terkait sistem, melainkan bagian dari jati diri. Lebih mirip keluarga dan sahabat untuk bermain. Sehingga meskipun aktifitasnya adalah pelajaran dan pendidikan, tapi suasananya seperti sedang bermain dan bercengkrama dengan keluarga.
Santri akan menjalani aktifitas mulai dari subuh hari dengan melaksanaka shalat subuh, bahkan berjamaah. Tidak sedikit yang langsung melaksanakan kegiatan pengajian. Selepas itu, semua santri menjalankan aktifitas pagi.
Bagi santri yang masih sekolah, maka selanjutnya santri akan bersekolah. Sedangkan santri yang khusus mondok saja, maka aktifitas selanjutnya menjalani berbagai aktifitas harian pondok, termasuk mengaji dan aktivitas lainnya. Semua program yang dijalani santri akan berakhir hingga malam menjelang tidur. Yang bahkan tidurnya santri pun merupakan bagian dari lingkup pendidikan pesantren.
Tapi jangan berpikir bahwa semua aktivitas di dalamnya adalah kaku dan penuh kekakangan. Semua bayangan tersebut adalah salah karena semua santri menjalankan semua aktifitas dengan menjadi jati dirinya. Semua santri mengikuti pengajian dengan kesadaran masing-masing akan pentingnya mengaji dan berilmu. Selain itu mereka juga akan mengerti pentingnya tatakrama. Teman, guru, dan semua yang ada di pesantren bukan lagi sekedar sesuatu yang terkait sistem, melainkan bagian dari jati diri. Lebih mirip keluarga dan sahabat untuk bermain. Sehingga meskipun aktifitasnya adalah pelajaran dan pendidikan, tapi suasananya seperti sedang bermain dan bercengkrama dengan keluarga.
2. Penanaman Karakter dan Kemandirian Lebih Teruji
Jika anak-anak sekolahan di pemberitaan banyak yang terlibat
pada pergaulan bebas semisal narkoba, seks bebas, geng motor dan lain
sebagainya, maka di pesantren hal-hal tersebut akan terminimalisir. Sebab
propaganda dan mainset pesantren adalah kebaikan dan doktrin agama. Sehingga
santri dikenalkan dan ditempatkan di lingkungan yang lebih mengarah pada
potensi kebaikan dan hal-hal positif.
Selain itu, pesantren selalu mengarahkan santrinya untuk hidup mandiri. Semua aktifitas yang menjadi tanggung jawab harus bisa diselesaikan sebagaimana kewajibannya.
Selain itu, pesantren selalu mengarahkan santrinya untuk hidup mandiri. Semua aktifitas yang menjadi tanggung jawab harus bisa diselesaikan sebagaimana kewajibannya.
3. Sekolah dan Belajar Tidak Lagi Jadi Tuntutan
Bagi santri, kegiatan sekolah dan kegiatan pesantren bukan
lagi satu tuntutan sistem. Melainkan satu kesadaran pribadi akan pentingnya
belajar dan menjadi manusia terdidik. Sehingga semua aktifitas santri akan
senatiasa dilksanakan secara sukarela tanpa ada rasa keterpaksaan. Semua santri
tidak merasa dituntut, melainkan berdasar pada keinginannya masing-masing.
4. Keseimbangan Ilmu Agama dan Ilmu Umum
Lebihnya dari pondok pesantren adalah mampu menyeimbangkan
pelajaran umum dan pelajaran agama. Dan hal ini jarang dijumpai di sekolah-sekolah
umum pemerintah.
6. Memiliki Kisah Hidup Yang Lebih Bermakna
Inilah
yang paling banyak diceritakan. Setiap orang dan lulusan pesantren senantiasa
akan merindukan masa-masa mereka mondok di pesantren. Sebab, sebagaimana yang
telah diuraikan bahwa tinggal di pesantren tidaklah kaku, melainkan penuh
dengan keceriaan dan kebersamaan. Sehingga setiap santri yang lulus dari
pesantren akan merasa kangen terhadap pesantrennya, terhadap teman dan
guru-gurunya. Tidak jarang kemudian ikatan santri dan guru berjalan bahkan
hingga sudah lulus sekalipun. Bahkan ketika guru meninggal, santri senantiasa
datang melayat dan menziarahinya (disarikan dari http://www.dakwah.web.id dengan beberapa
tambahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar